Selasa, 14 Juni 2011

Tipps Mendapatkan Cowok ato cewek :)

1. Menjadi diri sendiri

Hindari berpura-pura menjadi orang lain yang anda anggap akan disukai oleh orang yang anda sukai. Menjadi orang lain untuk menjaga image atau jaim tidak selamanya menyenangkan karena mungkin akan menyiksa batin anda. :Selain itu jika pasangan mengetahui sifat kita yang sebenarknya mungkin bisa membuatnya ilfil dan kecewa berat.

Jika tujuannya adalah untuk menjaga penampilah maka sah-sah saja. Contohnya seperti memakai parfum untuk menutupi bau badan, memakai rexona untuk menghilangkan burket dan basket, dan lain sebagainya.

2. Menjadi orang yang menyenangkan pasangan

Sebisa mungkin kita berkomunikasi dengan pasangan secara seimbang dua arah. Baik si cewe maupun si cowo harus bisa menjadi lawan bicara yang seirama dan dapat membuat yang lain menjadi nyaman, terhibur serta tidak membosankan. Hindari gugup yang berlebihan karena gugup yang terlalu berlarut-larut dapat merusak komunikasi yang ada.

Pelajari apa yang disukai oleh pasangan. Hidari hal-hal yang tidak disukai oleh orang yang kita sukai dan berusaha melakukan apa yang disukai disesuaikan dengan batas kemampuan kita.

3. Menjadi orang baik

Siapa sih yang tidak suka dengan orang yang baik? Hanya segelintir cewek atau cowok saja yang senang dengan penjahat. Sifat baik yang dimaksud antara lain adalah jujur, setia, pengertian, suka menabung, sopan, rendah diri, tidak pelit, suka membantu, tidak merokok, tidak menggunakan narkoba, rajin beribadah, berorientasi jangka panjang, menghindari zina dan lain sebagainya.

Memiliki sifat yang tidak pemarah, sabar, bertanggungjawab, setia dan pengertian adalah sifat yang paling disukai. Bila anda belum memilikinya maka segera belajar untuk merubah sikap / sifat anda untuk menjadi lebih baik di mata orang lain tidak hanya di mata si do’i.

4. Memiliki modal yang cukup

Modal dalam hal ini tidak selamanya harus berbentuk uang atau materi. Modal sifat baik, tekat yang kuat serta keseriusan yang tinggi terkadang dapat mengalahkan harta dan materi. Selama sang pujaan hati merasa nyaman itu merupakan modah yang cukup kuat.

Uang dan materi jangan dijadikan hal yang berlebihan karena jangan sampai anda mendapatkan orang yang meterialistis sebagai pacar atau jodoh pasangan hidup anda. Buatlah materi yang anda miliki sebagai alat untuk melancarkan aktivitas pdkt anda.

Manage dengan baik setiap pos-pos pengeluaran jangan sampai kita menjadi terlihat pelit atau terlalu menghamburkan uang. Siapkan dana untuk nonton ke bioskop, pergi belanja bulanan kebutuhan sehari-hari, pulsa telepon hp serta sms, makan bareng, dan lain sebagainya.

5. Didukung oleh lingkungan

Keluarga, teman dan tetangga yang baik tentu akan menjadi nilai plus buat anda. Jika anda merasa lingkungan anda belum atau kurang mendukung, sebaiknya anda lakukan bina lingkungan untuk menjadi lebih baik sehingga dapat menunjang aktifikas pendekatan dengan kekasih hati.

6. Konsisten dan konsentrasi tinggi

Jangan mudah terpengeruh oleh godaan dan perkataan orang lain. Yakinlah bahwa si dia adalah pacar atau jodoh yang tepat bagi anda, namun anda juga harus mempelajari doi dengan baik agar kelak tidak merasa salah memilih pasangan. Hubungi doi setiap hari di waktu senggang untuk menjadi komunikasi dua arah yang lancar yang baik dengna membahas hal-hal yang disukai kedua belah pihak dengan sisipan humor untuk menghangatkan suasana.

Berikan sang tambatan hari waktu, tenaga, pikiran dan perasaan anda sepenuhnya agar si dia merasa dihargai. Buat rencana ke depan uantuk membina hubungan yang lebih jauh. Ajaklah si dia berdiskusi dengan anda mengenai masa depan nanti untuk melihat seberapa serius dia dengan anda.

Selamat Mencoba dan Terima Kasih

hahaha :-q@

Rabu, 11 Mei 2011

Membangun Karakter Wirausaha melalui Pendidikan Berbasis Nilai

Membangun Karakter Wirausaha Melalui Pendidikan Berbasis Nilai dalam Program Pendidikan Non Formal
Pendahuluan
Saat ini pengangguran adalah masalah yang cukup serius terjadi di Indonesia, kondisi ini diperparah dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja dari beberapa industri besar karena terpengaruh oleh krisis global yang melanda beberapa waktu lalu, sehingga jumlah pengangguran semakin bertambah. Pengangguran adalah merupakan masalah yang komplek, disamping sebagai akibat pengangguran juga merupakan sebab dari masalah lainnya seperti tindak kriminal, kemiskinan, kemerosotan tingkat kesehatan, rendahnya tingkat pendidikan dan lain sebagainya, sehingga upaya untuk mengatasi masalah ini juga harus multi disiplin dan multi pendekatan.
Upaya pemerintah untuk menanggulangi angka pengangguran dapat dikatakan cukup banyak, berbagai upaya telah dilakukan bahkan hampir setiap departemen memiliki program khusus untuk menanggulangi masalah pengangguran ini, salah satunya adalah melalui Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal (PNFI). Saat ini Direktorat Pendidikan Non Formal dan Informal gencar melaksanakan program pendidikan kesetaraan dasar dan lanjutan yang terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup, program tersebut diantaranya adalah program Kewirausahaan Usaha Mandiri untuk Keaksaraan Fungsional, program Kewirausahaan Desa dan Kewirausahaan Perkotaan untuk Kejar paket B dan C dan lain sebagainya. Tujuannya adalah agar warga belajar disamping mendapatkan ijazah pendidikan yang setara dengan pendidikan formal baik untuk tingkat SD, SLTP maupun SLTA, namun juga mendapatkan dukungan keterampilan yang diharapkan dapat dijadikan bekal bagi peserta didik di masyarakat setelah mereka menyelesaikan program pendidikan tersebut.
Program-program ini disamping melibatkan lembaga pemerintah seperti P2PNFI, BPKB, SKB namun juga melibatkan yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan masyarakat sebagai pelaksana program. Namun dalam kenyataannya program-program tersebut dilaksanakan hanya sebatas pada proyek semata, sehingga tidak ada keberlanjutan setelah proyek pemerintah berhenti. Dari beberapa kasus yang berhasil ditemui di lapangan terkait dengan pelaksanaan program PNF tersebut, tidak sedikit lembaga penyelenggara yang melaksanakan program kecakapan hidup atau kewirausahaan tanpa melalui pembekalan pendidikan terlebih dahulu dan cenderung berorientasi praktis, yang kemudian berdampak pada kemandekan dalam keberlanjutan program.
Dalam kasus lain juga ditemui yayasan yang cukup bertanggung jawab dengan memberikan pembekalan pendidikan kewirausahaan dan materi yang berhubungan dengan bidang kecakapan hidup yang akan dilaksanakan sebelum praktik di lapangan. Hasilnya cukup berbeda, pada kasus pertama program sama sekali tidak memiliki dampak apapun terhadap masyarakat, namun pada kasus yang kedua, masyarakat dapat merasakan manfaat terutama dalam keterampilan yang diajarkan meskipun masih ada permasalahan terkiat dengan pemasaran produk.
Program pendidikan khususnya untuk masyarakat yang saat ini dilaksanakan hanya berorientasi pada penguatan materi kognitif pengetahuan, sementara nilai-nilai yang terkait dengan jiwa kewirausahaan kurang mendapatkan sentuhan, meskipun ada tapi masih sangat terbatas. Baik di sadari atau tidak, pendidikan saat ini seringkali mengabaikan nilai-nilai terutama nilai keagamaan, bahkan cenderung dilupakan dan bahkan lambat laun semakin termarjinalkan dengan berbagai alasan. Padahal nilai-nilai spiritualitas merupakan puncak kesadaran tertinggi dari kehidupan manusia. Lebih jauh lagi, praktik pendidikan hanya memandang manusia sebagai instrumen fisik untuk mempertahankan ideologi yang saat ini dianut oleh dunia barat yaitu kapitalisme.
Hal di atas tentu bertentangan dengan esensi pendidikan yang dikemukakan oleh Jonh Dewey yang menyebutkan bahwa: “Anak didik tidak hanya disiapkan agar siap bekerja, tapi juga bisa menjalani hidupnya secara nyata sampai mati. Anak didik haruslah berpikir dan pikirannya itu dapat berfungsi dalam hidup sehari-hari. Kebenaran adalah gagasan yang harus dapat berfungsi nyata dalam pengalaman praktis.” John Dewey (1859 – 1952) dalam (Syohih, 2008).
Kelemahan lain yang masih terasa dalam beberapa program pendidikan kecakapan hidup yang terjadi saat ini adalah pengelolaan lingkungan yang kurang baik. Hakekat pendidikan sebenarnya sebagai alat untuk menginternalisasikan nilai-nilai kurang terfasilitasi dengan baik, terutama dalam program pendidikan non formal. Instrumental input maupun enviornmental input pendidikan dalam program PNF kurang mendapat perhatian sebagai bagian yang penting dalam iklim pembelajaran. Jarang sekali ditemui media yang dapat memperkuat internalisasi nilai, seperti contoh tidak ada satupun slogan yang dipasang dalam ruang belajar yang berisi penguatan nilai seperti: “kejujuran adalah kunci kesuksesan” atau yang lainnya. Disamping itu penyelenggara juga tidak memberikan tauladan sebagai hidden curriculum yang mampu mempekuat internalisasi nilai-nilai tersebut, antara lain menyelenggarakan program tidak sesuai dengan pedoman, manipulasi data kegiatan, dan penyimpangan-penyimpangan lainnya yang menyebabkan tujuan program itu sendiri tidak dapat terlaksana karena kelalaian pengelola program.
Tidak kalah penting adalah peran fasilitator dan tutor sebagai orang yang berhadapan langsung dengan peserta didik, dimana tutor dan fasilitator tidak dipersiapkan untuk mendidik dan membelajarkan peserta didik dengan nilai-nilai keagamaan maupun nilai-nilai pendidikan lainnya yang justru merupakan modal utama dari program pendidikan kecakapan hidup. Pertimbangan menjadi tutor lebih kepada kemampuan seseorang dalam memahami dan menguasai suatu materi tertentu, tanpa dipertimbangkan mengenai bagaimana seharusnya tutor disamping menyampaikan materi juga mampu menyisipkan nilai-nilai kewirausahaan berdasar keagamaan agar peserta didik dapat menjiwai apa yang mereka lakukan sebagai bagian dari ibadah dan pengabdian terhadap Tuhan.
Pendidikan dan Nilai
Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia berada di muka bumi ini. George F. Kneller menyebutkan bahwa pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam artinya yang luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability) individu. Pendidikan dalam artian ini berlangsung terus (seumur hidup). Kita sesungguhnya belajar dari pengalaman seluruh kehidupan kita (Kneller, 1967:63 dalam Siswoyo, 2007:18). Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses dimana masyarakat, melalui lembaga-lembangan pendidikan (sekolah), dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi (Siswoyo, 2007:19).
Menurut Ki Hadjar Dewantara, yang dimaksud dengan pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu, menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (Siswoyo, 2007:20). Sedangkan menurut Driyarkara, intisari atau eidos dan pendidikan ialah pemanusiaan manusia-muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani, itulah yang menjelma dalam semua perbuatan mendidik, yang jumlah dan macamnya tak terhitung (Siswoyo,2007:20).
Selanjutnya menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003).
Dari uraian pengertian pendidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara implisit terkandung nilai-nilai pendidikan bagi individu, masyarakat dan bangsa. Adapun nilai-nilai tersebut antara lain:
1. Membentuk pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepercayaan diri, disiplin dan tanggung jawab, mampu mengungkapkan dirinya melalui media yang ada, mampu melakukan hubungan manusiawi, dan menjadi warga negara yang baik.
2. Membentuk tenaga pembangunan yang ahli dan terampil serta dapat meningkatkan produktivitas, kualitas, dan efisiensi kerja.
3. Melestarikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, bangsa dan negara.
4. Mengembangkan nilai-nilai baru yang dipandang serasi oleh masyarakat dalam menghadapi tantangan ilmu, teknologi dan dunia modern.
5. Merupakan jembatan masa lampau kini dan masa depan.
Secara garis besar, nilai dibagi kedalam dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Yang termasuk dalam nilai-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, dan kesesuaian. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikkan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan. Yang termasuk pada kelompok nilai-nilai memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih sayang, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil dan murah hati (Linda, 1995 dalam Kneller, 1971 dalam Elmubarok, 2008:7).
Nilai ada dimana-mana dalam pendidikan; ada dalam setiap aspek praktik persekolahan; nilai adalah dasar dari seluruh materi pilihan dan pembuatan keputusan. Dengan menggunakan nilai, guru mengevaluasi siswa dan siswa mengevaluasi guru. Masyarakat mengevaluasi mata pelajaran, program sekolah, dan kompetensi pengajaran; dan masyarakat itu sendiri dievaluasi oleh pendidik.
Pendidikan mengandung suatu pengertian yang luas, menyangkut seluruh aspek kepribadian manusia termasuk hati nurani, nilai- nilai, perasaan, pengetahuan dan keterampilan. Sehingga dengan pendidikan manusia berusaha untuk meningkatkan, mengembangkan, serta memperbaiki nilai-nilai dalam kehidupannya.
Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Dalam kegiatan tersebut terjadi usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai dalam kehidupan manusia. Nilai tersebut antara lain nilai- nilai religi, kebudayaan, sains dan teknologi, seni, dan keterampilan. Nilai-nilai tersebut dapat mempertahankan, mengembangkan bahkan merubah kebudayaan yang dimilikki masyarakat. Disini akan berlangsung pendidikan dalam kehidupan manusia.
Nilai sendiri berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (purwadarminta, 1999:677). Maksudnya kualitas yang memang membangkitkan respon penghargaan (Titus, 1993:112). Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat (Muhaimin dan Mujib, 1993: 110).
Filsafat tentang Nilai dalam Pendidikan
1. Nilai Menurut Filsafat Pendidikan Idealisme
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut. Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik, atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada hakikatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam semesta.
Plato mengemukakan bahwa kehidupan yang baik hanya mungkin terjadi dalam masyarakat yang baik dan ideal yang diperintah oleh “the Philopher Kings”, yaitu kaum intelektual, para ilmuwan atau cendekiawan (Kneller, 1971:33). Dia juga mengemukakan bahwa jika manusia tahu apa yang dikatakannya sebagai hidup baik, mereka tidak akan berbuat hal-hal yang bertentangan dengan moral. Kejahatan terjadi karena orang tidak tahu bahwa perbuatan tersebut jahat. Jika seseorang menemukan sesuatu yang benar, maka orang tersebut akan berbuat salah. Namun yang menjadi masalah adalah bagaimana hal itu dapat dilakukan jika manusia memiliki pandangan yang sangat berbeda dalam pikirannya tentang hidup yang baik (Sadulloh, 2007:99).
2. Nilai Menurut Filsafat Pendidikan Realisme
Penganut aliran realisme sependapat dengan penganut idealis bahwa nilai yang mendasar adalah pada dasarnya permanen, tapi mereka berbeda diantara mereka sendiri dan alasan mereka. Realis klasik sependapat dengan Aristoteles bahwa ada undang-undang moral universal, tersedia untuk berbagai alasan dan mengikat pada seluruh rasional manusia.
Realist sepakat bahwa guru harus menjadi bagian dalam merumuskan nilai-nilai tertentu. Moral dasar dan standar keindahan yang diajarkan pada siswa yang tidak berdampak pada isu terkini. Anak-anak harus memahami secara jelas mengenai sifat dasar kebenaran dan salah, memberikan perhatian pada tujuan yang baik dan indah berdasarkan pada perubahan moral dan keindahan mode.
3. Nilai Menurut Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Menurut aliran Pragmatis, nilai adalah relatif. Etika dan moral tidaklah permanen tapi selalu berubah seperti halnya budaya dan perubahan masyarakat. Hal ini bukanlah untuk mengklaim bahwa nilai moral harus berfluktuasi dari waktu ke waktu.
4. Nilai Menurut Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri, melainkan merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, namun menentukan pilihan-pilihan di antara pilihan-pilihan yang terbaik adalah yang paling sukar. Berbuat akan menghasilkan akibat, dimana seseorang harus menerima akibat-akibat tersebut sebagai pilihannya. Kebebasan tidak pernah selelsai, karena setiap akibat akan melahirkan kebutuhan untuk pilihan berikutnya. Tindakan moral mungkin dilakukan untuk moral itu sendiri, dan mungkin juga untuk suatu tujuan. Seseorang harus berkemampuan untuk menciptakan tujuannya sendiri. Apabila seseorang mengambil tujuan kelompok atau masyarakat, maka ia harus menjadikan tujuan-tujuan tersebut sebagai miliknya, sebagai tujuannya sendiri, yang harus ia capai dalam setiap situasi. Jadi, tujuan diperoleh dalam situasi.
Kewirausahaan
1. Pengertian kewirausahaan
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (Suryana, 2000). Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan “Entrepreneurship”, dapat diartikan sebagai “the backbone of economy”, yang adalah syaraf pusat perekonomian atau pengendali perekonomian suatu bangsa (Soeharto Wirakusumo, 1997:1). Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha atau suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda. Menurut Thomas W Zimmerer, kewirausahaan merupakan penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari-hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.
2. Perkembangan Kewirausahaan
Dahulu ada pendapat bahwa kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir, bahwa entrepreneurship are born not made, sehingga kewirausahaan dipandang bukan hal yang penting untuk dipelajari dan diajarkan. Namun dalam perkembangannya, nyata bahwa kewirausahaan ternyata bukan hanya bakat bawaan sejak lahir, atau bersifat praktek lapangan saja. Kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang perlu dipelajari. Kemampuan seseorang dalam berwirausaha, dapat dimatangkan melalui proses pendidikan. Seseorang yang menjadi wirausahawan adalah mereka yang mengenal potensi dirinya dan belajar mengembangkan potensinya untuk menangkap peluang serta mengorganisir usahanya dalam mewujudkan cita-citanya.
Dan menurut Suryana, sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma pertumbuhan yang wajar dan perubahan ke arah globalisasi yang menuntut adanya keunggulan, pemerataan, dan persaingan, maka dewasa ini terjadi perubahan paradigma pendidikan. Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang independen, yang menurut Soeharto Prawirokusumo adalah dikarenakan oleh:
1. Kewirausahaan berisi “body of knowledge” yang utuh dan nyata (distinctive), yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
2. Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi “venture start up” dan “venture growth”. Hal ini jelas tidak masuk dalam “frame work general management courses” yang memisahkan antara “management” dengan “business ownership”.
3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
Seperti halnya ilmu manajemen yang pada awalnya berkembang pada lapangan industri, kemudian berkembang dan diterapkan di berbagai lapangan lainnya, maka disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya mengalami evolusi yang pesat, yaitu berkembang bukan pada dunia usaha semata, tetapi juga pada berbagai bidang, seperti bidang industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan dan institusi-institusi lainnya.
Dengan memiliki jiwa/corak kewirausahaan, maka birokrasi dan institusi akan memiliki motivasi, optimisme dan berlomba untuk menciptakan cara-cara baru yang lebih efisien, efektif, inovatif, fleksibel, dan adaptif.
Pendidikan Berbasis Nilai
Kehidupan manusia tidak terlepas dari nilai dan nilai itu selanjutnya diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan. Pandangan Freeman But dalam bukunya Cultural History Of Western Education yang dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib menyatakan bahwa hakikat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai. Proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai serta proses penyesuaian terhadap nilai (Muhaimin & Mujib, 1993).
Nilai-nilai yang akan ditransformasikan dalam pendidikan mencakup nilai-nilai religi, nilai-nilai kebudayaan, nilai-nilai sains dan teknologi, nilai-nilai seni, dan nilai keterampilan. Terkait dengan karakter wirausaha, nilai-nilai yang perlu ditransformasikan dalam pendidikan khususnya pendidikan non formal antara lain: kejujuran, kedisiplinan, Nilai-nilai yang ditransformasikan tersebut dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat. Maka, disinilah pendidikan akan berlangsung dalam kehidupan.
Agar proses transformasi tersebut berjalan lancar, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam melaksanakan proses pendidikan, antara lain seperti dikemukakan oleh Sadulloh (2007):
1. Adanya hubungan edukatif yang baik antara pendidik dan terdidik. Hubungan edukatif ini dapat diartikan sebagai suatu hubungan yang diliputi kasih sayang, sehingga terjadi hubungan yang didasarkan atas kewibawaan. Hubungan yang terjadi antara pendidik dan peserta didik merupakan hubungan antara subyek dan subyek.
2. Adanya metode pendidikan yang sesuai. Sesuai dengan kemampuan pendidik, materi, kondisi peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kondisi lingkungan di mana pendidikan tersebut berlangsung.
3. Adanya sarana dan perlengkapan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhuan. Sarana tersebut harus didasarkan atas pengabdian pada peserta didik, harus sesuai dengan stiap nilai yang ditransformasikan.
Adanya suasana yang memadai, sehingga proses transformasi nilai-nilai tersebut berjalan wajar, serta dalam suasana yang menyenangkan (Sadulloh, 2007:58).
Adapun beberapa nilai kewirausahaan yang perlu mendapat perhatian dalam program pendidikan non formal antara lain: kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, potensi, disiplin, tahu batas, kemurnian, kesesuaian, setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, kasih sayang, peka, tidak egois, baik hati, ramah, adil dan murah hati.
Implementasi Pendidikan Berbasis Nilai dalam Program Pendidikan Non Formal
Sebenarnya tidak ada makna pendidikan yang bebas nilai, setiap kegiatan pendidikan haruslah bermuatan transformasi nilai untuk peserta didik sebagai subjek dari pendidikan itu sendiri. Namun menyikapi permasalahan pendidikan yang banyak terjadi saat ini istilah pendidikan berbasis nilai sepertinya layak untuk kedepankan mengingat pendidikan saat ini lebih banyak mengarah pada pengajaran, berfungsi sebagai lembaga transformasi pengetahuan dan keterampilan bagi warga belajar dengan mengesampingkan eksistensi nilai yang seharusnya menjadi landasan awal pendidikan itu sendiri.
Tanpa dilandasi nilai, sebuah upaya pendidikan yang terselubung dalam kegiatan pengajaran akan menjadi bumerang bagi pendidikan itu sendiri. Dengan netralitas yang disandang oleh ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan dampak pembelajaran di masyarakat bisa menjadi apa saja, baik positif maupun negatif tergantung dari orang yang telah mempelajari ilmu pengetahuan tersebut. Tanpa dilandasi nilai hasil pengajaran menjadi tidak bermanfaat untuk semua orang, melainkan hanya untuk segelintir orang yang berhasil menyelesaikan program pengajaran yang telah dirancang sebelumnya. Oleh sebab itu penekanan terhadap nilai terutama dalam program pendidikan non formal harus menjadi prioritas, mengingat hasil pendidikan akan langsung diimplementasikan oleh warga belajar di masyarakat.
Untuk mengimplementasikan pendidikan berbasis nilai dalam program pendidikan non formal, perlu diperhatikan unsur / patokan yang selalu ada dalam setiap kegiatan pendidikan non formal seperti diungkapkan oleh Sihombing, antara lain: warga belajar, sumber belajar, pamong belajar, sarana belajar, tempat belajar, dana belajar, ragi belajar, kelompok belajar, program belajar, hasil belajar. Setiap unsur tersebut harus dirancang sedemikian rupa agar trasnformasi nilai dapat berjalan dengan baik, disamping transformasi materi program pendidikan. Artinya hasil pelatihan tidak hanya berorientasi pada penguasaan materi, namun juga pada penguasaan dan penghayatan nilai-nilai kewirausahaan itu sendiri.
Warga belajar; dalam program pendidikan non formal, warga belajar terlibat secara aktif dalam menentukan kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Terkait dengan kewirausahaan, maka warga belajar adalah orang dewasa yang menganggur atau putus sekolah yang memerlukan keterampilan untuk menunjang kehidupannya melalui kegiatan wirausaha. Warga belajar harus dirorong untuk benar-benar mau berwirausaha, hasil pembelajaran harus mendidik warga belajar untuk mandiri, tidak sekedar terampil untuk bekerja pada orang lain.
Sumber belajar; sumber belajar adalah anggota masyarakat yang memiliki kelebihan dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan tertentu. Dalam pendidikan berbasis nilai, rekrutmen sumber belajar mempertimbangkan tidak saja pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki, melainkan sikap dan perilakunya di masyarakat, apakah dapat dijadikan figur tauladan masyarakat atau tidak, agar transformasi nilai tidak hanya berlangsung ketika kegiatan pembelajaran terjadi, namun ketika di masyarakat sosok sumber belajar dapat dijadikan contoh bagi warga belajar. Disamping itu sumber belajar juga harus memiliki kemampuan dalam praktik pembelajaran khususnya pembelajaran orang dewasa agar proses pembelajaran berjalan lebih demokratis.
Pamong belajar; adalah tokoh masyarakat yang mampu dan mau membina, membimbing, mengarahkan dan mengorganiser program pembelajaran masyarakat disekitarnya (Sihombing : 2001). Pamong belajar memiliki fungsi yang cukup banyak terkait dengan penyelenggaraan program, khususnya pendidikan non formal yang berbasis nilai. Pamong belajar harus dapat memastikan bahwa proses pembelajaran penuh dengan nuansa transfer of value, membimbing warga belajar ataupun sumber belajar dan meyakinkan warga belajar mengenai nilai-nilai yang ditransformasikan oleh sumber belajar. Pamong belajar dapat pula seorang tokoh agama di masyarakat, sehingga nilai-nilai yang ada dalam proses pembelajaran juga dapat di tindak lanjuti dalam kegiatan keagamaan di masyarakat, misalnya dalam pengajian rutin atau saat khutbah. Proses berkelanjutan ini akan menghasilkan keterpaduan antara kegiatan di tempat belajar dengan di masyarakat, sehingga internalisasi nilai-nilai dapat berlangsung terus menerus.
Sarana belajar; adalah merupakan bahan atau alat yang ada di lingkungan masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran, dalam pendidikan berbasis nilai, alat-alat yang dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran harus dapat menunjang transfer nilai pada warga belajar. Sarana belajar dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan nilai-nilai yang harus dimiliki oleh warga belajar. Sarana tersebut dapat berupa gambar-gambar atau slogan-slogan berbentuk tulisan yang merujuk pada nilai yang dituju, atau dapat juga berupa media audio visual seperti video atau film pendek yang menggambarkan eksistensi nilai di masyarakat dan dampaknya terhadap wirausaha yang dilakukan. Film dokumenter biografi pengusaha sukses juga dimungkinkan, terutama pengusaha-pengusaha yang menjunjung tinggi nilai-nilai dalam usahanya.
Tempat belajar; tempat dimana dimungkinkan terjadi proses pembelajaran, dapat berwujud rumah, tempat pertemuan, tempat ibadah, balai desa, atau bangunan yang tidak digunakan lagi namun masih memungkinkan digunakan (Sihombing : 2001). Tempat belajar juga sangat menunjang efektivitas dari proses pembelajaran berbasis nilai. Ruang belajar di desain sedemikian rupa agar kegiatan belajar berlangsung dengan tertib dan demokratis, kental dengan nuansa nilai-nilai yang akan di transformasikan.
Dana belajar; dana adalah faktor penting namun bukan yang utama, konsep ini juga berlaku tidak hanya bagi warga belajar, namun bagi program itu sendiri, pelaksanaan kegiatan pendidikan yang tidak mengedepankan dana sebagai faktor utama dapat membelajarkan warga belajar bahwa dalam berwirausaha pun dana bukanlah faktor utama, namun faktor tekad dan kemauan yang lebih dominan. Akan lebih baik jika program dilaksanakan dengan dana yang seminimal mungkin dengan melibatkan warga belajar dalam proses perencanaannya.
Ragi belajar; adalah rangsangan yang mampu membangkitkan semangat belajar warga belajar, sehingga proses pembelajaran terjadi tanpa paksaaan, gertakan tetapi karena kesadaran warga belajar serta kekuatan yang ada pada ragi belajar itu sendiri (Sihombing : 2001). Ragi belajar cukup penting dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya adalah dengan melakukan penguatan-penguatan nilai-nilai yang di tuju. Penguatan ini dapat dilakukan dengan menghadirkan seorang pengusaha sukses, yang menjalankan usahanya dengan etika dan nilai yang baik.
Kelompok belajar; adalah sejumlah warga belajar yang terdiri dari 5-10 orang, yang berkumpul dalam satu kelompok, memiliki tujuan dan kebutuhan belajar dan bersepakat untuk saling membelajarkan (Sihombing : 2001). Kelompok belajar ini harus dibentuk agar terbina kerjasama antar warga belajar dan membiasakan diri untuk bekerjasama dalam kegiatan usaha. Mengingat kegiatan wirausaha tidak dapat berdiri sendiri menalinkan perlu adanya kerjasama dengan pihak lain, termasuk dalam hal ini adalah kompetitor. Studi kasus maupun praktik lapangan harus dilakukan secara berkelompk, agar warga belajar dapat belajar bersama dan sharing pengalaman maupun memberikan masukan bagi warga belajar yang lain.
Program belajar; adalah serangkaian kegiatan yang mencerminkan tujuan, isi pembelajaran, cara pembelajaran, waktu pembelajaran, atau sering disebut dengan garis besar kegiatan belajar (Sihombing : 2001). Kurikulum pembelajaran harus memiliki keseimbangan antara muatan materi kewirausahaan dengan nilai-nilai yang melandasi kewirausahaan. Perbandingan diantara keduanya adalah 50:50 sehingga terjadi keseimbangan antara muatan materi dan muatan nilai, demikian pula dengan proses pembelajarannya, substansi nilai tidak diberikan secara khusus, melainkan tematik dan harus ada dalam setiap pertemuan pembelajaran dalam materi apapun. Studi kasus perlu dipersiapkan dengan matang sebagai bahan diskusi bagi warga belajar, disamping itu penggunaan media audio visual juga perlu dioptimalkan.
Hasil belajar; adalah serangkaian pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dikuasai warga belajar setelah proses pembelajaran tertentu dilalui dalam kurun waktu tertentu (Sihombing : 2001). Kebermaknaan hasil belajar bagi peningkatan mutu hidup dan kehidupan warga belajar menjadi patokan keberhasilan. Hasil belajar utama dalam pendidikan berbasis nilai adalah seorang wirausahawan yang berkarakter dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama maupun nilai kebudayaan yang mendukung proses usaha. Instrumen pengukuran yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor terkait materi dan nilai perlu dirumuskan secara komprehensif sehingga diperoleh alat ukur yang valid dan reliabel sehingga ukuran-ukuran keberhasilan pendidikan berbasis nilai dapat tercermin dari hasil evaluasi tersebut.




Penutup
Menghadapi permasalah pengangguran saat ini, program pendidikan kewirausahaan baik melalui program pendidikan kecakapan hidup atau program pemberdayaan lainnya yang melibatkan masyarakat harus secara serius dilaksanakan oleh pemerintah atau pun lembaga mitra pemerintah seperti yayasan atau lembaga swadaya masyarakat. Program-program tersebut harus benar-benar berorientasi pada hasil belajar untuk menciptakan generasi wirausahawan. Tujuan seperti ini tentu tidak bisa dilakukan dengan model program yang banyak terjadi saat ini yang hanya berorientasi pada penguatan materi dan keterampilan, namun tanpa ada dukungan penguatan mental dan nilai-nilai dalam diri warga belajar. Oleh karena itu pendidikan berbasis nilai dalam program pendidikan non formal harus mulai dikembangkan baik saat ini maupun di masa yang akan datang, mengingat nilai-nilai tersebut saat ini sudah mulau terkikis oleh berkembangnya kemajuan teknologi dan akulturasi kebudayaan asing yang masuk ke negeri ini.
Daftar Pustaka
Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai, Mengumpulkan yang Terserak, menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai. Editor: Dudung R.H. Bandung: Alfabeta.
Kneller, G.F. (1971). Introduction to The Philosophy of Education, Second ed. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Maryadi. (2005). Pemberdayaan Potensi Masyarakat Melalui Pendidikan Kecakapan Hidup. Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, Edisi 6, Th X, September 2005. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.
Muhaimin dan Mujib, A. (1993). Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya.
Tim Redaksi Fokusmedia. (2003). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (No. 20 Tahun 2003). Bandung: Fokusmedia.
Sadulloh, U. (2007). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Santoso, S. (2007). Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Qashidah “Risalah ilaa Shadiq” Karya Muhyiddin Zayith. Abstrak Online. Tersedia di [http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra-arab/article/view/422].
Siswoyo, D. Dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta: UNY Press.
Sihombing, U. (2001). Pendidikan Luar Sekolah: masalah, tantangan dan peluang. Jakarta: Wirakarsa.
Suherman. A. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Kuantum Pendidikan Jasmani Berbasis Kompetensi di Sekolah Dasar. Mimbar Pendidikan, Jurnal Kependidikan ISSN 0126-2025, Vol. XXXII No. 4 Tahun 2008, Pendidikan yang Kontekstual: Pengalaman Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia (UPI Press).
Syohih, U. (2008). Lingkungan dan Pendidikan Indonesia. [online] tersedia di [http://nerri-unindra-bio2a.blogspot.com/2008/07/nilai-nilai-pendidikan-di-indonesia.html,].

Peran Iman dan Taqwa dalam kehidupan Modern

BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini telah banyak timbul kekacauan-kekacauan di bumi ini. Hal ini disebabkan oleh semakin berkurangnya tingkat keimanan dan ketaqwaan manusia kepada Allah SWT. Banyak sekali kejadian dan contoh-contoh akibat dari semakin menipisnya iman dan ketaqwaan itu. Dengan semakin berkembangnya zaman, banyak dampak positif yang dapat kita ambil tetapi cukup banyak pula dampak negatif yang ditimbulkan.
Dampak-dampak negatif itu dapat terjadi karena landasan kehidupan sekaligus tuntunan dan tujuan kehidupan dari manusia mulai goyah dan lama-kelamaan landasan itu akan mulai hancur. Bila hal itu terjadi, maka kehidupan manusia akan hancur. Sama halnya dengan maraknya penggunaan narkoba di kalangan remaja maupun dewasa di zaman modern ini,di mana Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian meningkat.
Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja
Sekarang ini manusia akan bertindak dengan hanya mengandalkan hawa nafsu tanpa melibatkan akal dan pikiran. Mereka akan bertindak semau mereka sendiri dan akan mengejar nikmat duniawi tanpa memperdulikan nilai-nilai dan norma-norma agama serta pendidikan. Untuk itulah kami mengambil judul “Implementasi Iman dan Takwa dalam Kehidupan Modrn (khususnya maraknya penggunaan narkoba/ narkotika)”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah problematika, tantangan, dan resiko narkoba dalam kehidupan modern
2. Bagaimana peran iman dan takwa dalam menjawab problema dan tantangan kehidupan modern
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui problematika, tantangan, dan resiko narkoba dalam kehidupan modern.
2. Untuk mengetahui peran iman dan takwa dalam menjawab problema dan tantangan kehidupan modern.












BAB II
PEMBAHASAN
A. Problematika, Tantangan, dan Resiko Narkoba dalam Kehidupan Modern
a. Problematika iman dan takwa serta narkoba dalam kehidupan modern
Narkotika adalah zat yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakannya dengan cara memasukkan obat tersebut ke dalam tubuhnya, pengaruh tersebut berupa pembiasan, hilangnya rasa sakit rangsangan, semangat dan halusinasi. Dengan timbulnya efek halusinasi inilah yang menyebabkan kelompok masyarakat terutama di kalangan remaja ingin menggunakan Narkotika meskipun tidak menderita apa-apa. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penyalahgunaan Narkotika (obat). Bahaya bila menggunakan Narkotika bila tidak sesuai dengan peraturan adalah adanya adiksi/ketergantungan obat (ketagihan).
Adiksi adalah suatu kelainan obat yang bersifat kronik/periodik sehingga penderita kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menimbulkan kerugian terhadap dirinya dan masyarakat. Orang-orang yang sudah terlibat pada penyalahgunaan Narkotika pada mulanya masih dalam ukuran (dosis) yang normal. Lama-lama pengguna obat menjadi kebiasaan, setelah biasa menggunakan mar kemudian untuk menimbulkan efek yang sama diperlukan dosis yang lebih tinggi (toleransi). Setelah fase toleransi ini berakhir menjadi ketergantungan, merasa tidak dapat hidup tanpa Narkotika.
Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan yang mengandung zat adiktif/berbahaya dan terlarang) belakangan ini amat populer di kalangan remaja dan generasi muda bangsa Indonesia, sebab penyalahgunaan narkoba ini telah merebak ke semua lingkungan, bukan hanya di kalangan anak-anak nakal dan preman tetapi telah memasuki lingkungan kampus dan lingkungan terhormat lainnya. Narkoba saat ini banyak kita jumpai di kalangan remaja dan generasi muda dalam bentuk kapsul, tablet dan tepung seperti ekstasy, pil koplo dan shabu-shabu, bahkan dalam bentuk yang amat sederhana seperti daun ganja yang dijual dalam amplop-amplop.
Saat ini para orang tua, mulai dari ulama, guru/dosen, pejabat, penegak hukum dan bahkan semua kalangan telah resah terhadap narkoba ini, sebab generasi muda masa depan bangsa telah banyak terlibat di dalamnya.Akibat leluasannya penjualan narkoba ini, secara umum mengakibatkan timbulnya gangguan mental organik dan pergaulan bebas yang pada gilirannya merusak masa depan bangsa.
b. Tantangan iman dan takwa serta narkoba dalam kehidupan modern
Dalam pandangan Agama narkoba adalah barang yang merusak akal pikiran, ingatan, hati, jiwa, mental dan kesehatan fisik seperti halnya khomar. Oleh karena itu maka Narkoba juga termasuk dalam kategori yang diharamkan Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, Hadits Rasulullah SAW dan juga ajaran-ajaraan agama lainnya, antara lain sebagai berikut :
1. Janganlah kamu jerumuskan dirimu kepada kecelakaan / kebiasaan (sebagai akibat tangan) tangan-tanganmu”. (Q.S. Al-Baqarah : 195).
            •    
195. Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
2. “Dan Janganlah kamu membunuh dirimu (dengan mencapai sesuatu yang membahayakanmu). Karena sesungguhnya Allah Maha Kasih Sayang kepadamu”. (Q.S. An-Nisa’ : 29).
                    •     
29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu
3. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) Khamar, (berkorban) untuk Berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan syaitan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan. (Q.S. Al-Maidah : 90).
               
90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
4. “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran ( minuman ) Khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sholat, maka berhentilah kamu ( dari mengerjakan pekerjaan itu )”. (Q. S. Al-Maidah : 91).
                     
91. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
5. “Mereka bertanya kepadamu tentang Khomar dan Judi, katakanlah pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar daripada manfaatnya”. (Q.S. Al-Baqarah : 219).
           ••                   
219. Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,
6. “Melarang Rasulullah SAW daripada tiap-tiap barang yang memabukkan dan melemahkan akal dan badan”. (H.R. Ahmad).
7. “Tiap-tiap barang yang memabukkan adalah haram”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
8. “Setiap benda yang memabukkan banyaknya maka sedikitnya haram”. (H.R. Ahmad, Abu Daud, Turmuzi, Nasa’I, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
9. Dalam ajaran Kristen disebutkan, “Saudara-Saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani dan dengan demikian menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah” (2 Korintus 7 ayat 1).
10. Dalam ajaran Katolik disebutkan, “Tuhan tidak mengehndaki kematian, tetapi pertobatan hidup, kepada orang-orang yang sedang mengalami drama kecanduan dan menderita kemalangan”. Yeh. 18 : 23).
11. Dalam ajarn agama Buddha disebutkan, “Kami bertekad akan melatih diri, menghindari segala minuman keras, yang menyebabkan lemahnya kesadaran kami”. (Pancasila Buddhis, Sila Kelima).
12. Sebab yang disebut kematian, segala macam penyakit itu merupakan pengemudinya, yang menyebabkan hidup itu berkurang, jika sudah kurang usia hidup datanglah maut, karena itu jangan lupa supaya diusahakan berbuat baik yang akan mengantarkanmu ke asal mulamu” (Sloka Sarasamuccaya).
c. Resiko iman dan takwa serta narkoba dalam kehidupan modern
Narkoba sebagaimana disebutkan di atas menimbulkan dampak negatif baik bagi pribadi, keluarga, masyarakat maupun bagi bangsa dan negara. Dampak negatif tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bahaya yang bersifat pribadi
 Narkoba akan merobah kepribadian si korban secara drastis, seperti berubah menjadi pemurung, pemarah, melawan dan durhaka.
 Menimbulkan sifat masa bodoh sekalipun terhadap dirinya seperti tidak lagi memperhatikan pakaian, tempat tidur dan sebagainya, hilangnya ingatan, dada nyeri dan dikejar rasa takut.
 Semangat belajar menurun dan suatu ketika bisa saja si korban bersifat seperti orang gila karena reaksi dari penggunaan narkoba.
 Tidak lagi ragu untuk mangadakan hubungan seks karena pandangnya terhadap norma-norma masyarakat, adat kebudayaan, serta nilai-nilai agama sangat longgar. Dorongan seksnya menjadi brutal, maka terjadilah kasus-kasus perkosaan.
 Tidak segan-segan menyiksa diri karena ingin menghilangkan rasa nyeri atau menghilangkan sifat ketergantungan terhadap obat bius, ingin mati bunuh diri.
 Menjadi pemalas bahkan hidup santai.
 Bagi anak-anak sekolah, prestasi belajarnya akan menurun karena banyak berkhayal dan berangan-angan sehingga merusak kesehatan dan mental.
 Memicu timbulnya pemerkosaan dan seks bebas yang akhirnya terjebak dalam perzinahan dan selanjutnya mengalami penyakit HIV/ AIDS.
2. Bahaya yang bersifat keluarga
 Tidak lagi segan untuk mencuri uang dan bahkan menjual barang-barang di rumah untuk mendapatkan uang secara cepat.
 Tidak lagi menjaga sopan santun di rumah bahkan melawan kepada orang tua.
 Kurang menghargai harta milik yang ada seperti mengendarai kendaraan tanpa perhitungan rusak atau menjadi hancur sama sekali.
 Mencemarkan nama keluarga.
3. Bahaya yang bersifat sosial
 Berbuat yang tidak senonoh ( mesum/cabul ) secara bebas, berakibat buruk dan mendapat hukuman masyarakat.
 Mencuri milik orang lain demi memperoleh uang.
 Menganggu ketertiban umum, seperti ngebut dijalanan dan lain-lain.
 Menimbulkan bahaya bagi ketentraman dan keselamatan umum antara lain karena kurangnya rasa sosial manakala berbuat kesalahan.
 Timbulnya keresahan masyarakat karena gangguan keamanan dan penyakit kelamin lain yang ditimbulkan oleh hubungan seks bebas.
4. Bahaya bagi bangsa dan Negara
 Rusaknya pewaris bangsa yang seyogyanya siap untuk menerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa.
 Hilangnya rasa patriotisme atau rasa cinta bangsa yang pada gilirannya mudah untuk di kuasai oleh bangsa asing.
 Penyelundupan akan meningkat padahal penyelundupan dalam bentuk apapun adalah merugikan negara.
 Pada akhirnya bangsa dan negara kehilangan identitas yang disebabkan karena perubahan nilai budaya.

B. Peran Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern
a. Penanggulangan narkoba
Mengingat betapa dahsyatnya bahaya yang akan ditimbulkan oleh Narkoba dan betapa cepatnya tertular para generasi muda untuk mengkonsumsi Narkoba, maka diperlukan upaya-upaya konkrit untuk mengatasinya. Upaya-upaya tersebut antara lain adalah :
1. Meningkatkan iman dan taqwa melalui pendidikan agama dan keagamaan baik di sekolah maupun di masyarakat.
2. Meningkatkan peran keluarga melalui perwujudan keluarga sakinah, sebab peran keluarga sangat besar terhadap pembinaan diri seseorang. Hasil penelitia menunjukkan bahwa anak-anak nakal dan brandal pada umumnya adalah berasal dari keluarga yang berantakan (broken home).
3. Penanaman nilai sejak dini bahwa Narkoba adalah haram sebagaimana haramnya Babi dan berbuat zina.
4. Meningkatkan peran orang tua dalam mencegah Narkoba, di Rumah oleh Ayah dan Ibu, di Sekolah oleh Guru/Dosen dan di masyarakat oleh tokoh agama dan tokoh masyarakat serta aparat penegak hukum.

b. Sikap pecandu
Adapun sikap yang harus dilakukan oleh pecandu Narkoba sesuai dengan tuntunan ajaran agama adalah :
1. Bersabar sebab sikap sabar adalah merupakan sebuah kepasrahan diri terhadap Allah SWT atas qudrat dan irodatNya sehingga yang bersangkutan dapat menerimanya sebagai sebuah kenyataan.
2. Bertaubat kepada Allah SWT sehingga tidak mengulanginya lagi di kemudian hari.
3. Taqarrub Ilallah yaitu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan banyak melaksanakan ibadah baik ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah.
4. Berdo’a kepada Allah SWT sehingga mendapat petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT.

c. Sikap kita terhadap pecandu
Adapun sikap yang harus kita lakukan terhadap pecandu Narkoba sesuai dengan tuntunan ajaran agama adalah :
1. Membimbing yang bersangkutan ke Jalan Yang Benar sehingga si pecandu tetap percaya diri, yakin taubatnya diterima Allah SWT dan tetap beramal sholeh sampai dengan akhir hayat.
2. Adapun sikap yang harus kita lakukan terhadap pecandu Narkoba sesuai dengan Memperlakukan yang bersangkutan scara manusiawi dan tidak mengkucilkannya dari pergaulan sehari-hari, baik dalam keluarga, masyarakat maupun jama’ah ibadah.
3. Meringankan penderitaan bathin yang bersangkutan sehingga senantiasa bersabar dan berusaha untuk dapat menghindarinya.











BAB III
KESIMPULAN

Adapun Kesimpulan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Narkotika adalah zat yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakannya dengan cara memasukkan obat tersebut ke dalam tubuhnya, pengaruh tersebut berupa pembiasan, hilangnya rasa sakit rangsangan, semangat dan halusinasi.
2. Dalam pandangan Agama narkoba adalah barang yang merusak akal pikiran, ingatan, hati, jiwa, mental dan kesehatan fisik seperti halnya khomar. Oleh karena itu maka Narkoba juga termasuk dalam kategori yang diharamkan Allah SWT.
3. Narkoba sebagaimana disebutkan di atas menimbulkan dampak negatif baik bagi pribadi, keluarga, masyarakat maupun bagi bangsa dan negara.
4. Peranan iman dan takwa dalam penanggulangan narkoba yaitu Meningkatkan iman dan taqwa, Meningkatkan peran keluarga melalui perwujudan keluarga sakinah, Penanaman nilai sejak dini, Meningkatkan peran orang tua dalam mencegah Narkoba.
5. Bahwa Narkotika adalah obat terlarang sehingga siapapun yang mengkonsumsi atau menjualnya akan dikenakan sanksi yang terdapat pada UU No.07 Tahun 1997 tentang Narkotika. Dilarang keras untuk mengkonsumsi dan menjualnya selain itu di dalam UU RI No.27 Tahun 1997 tentang Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan.






DAFTAR PUSTAKA

Abimayu, Soli dan M. Thayeb Manrihu. 1984. Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah. Jakarta : CV. Rajawali.
Budianto. 1989. Narkoba dan Pengaruhnya.Ganeca Exact : Bandung.

H.M. Rozy SE, MSc. Cegah Narkoba Dengan Pendidikan Agama.

Sistem Pengendalian Manajemen

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
Sistem pengendalian manajemen adalah suatu proses aktivitas dalam suatu organisasi yang melibatkan semua personel dari tingkat pimpinan puncak (superior) dan bawahan (subordinates) untuk mencapai baik sasaran atau tujuan perusahaan yang dipengaruhi oleh lingkungan dalam atau luar perusahaan. Peran manajemen dalam pengendalian dinamakan pengendalian manajemen, dan sistem yang digunakan untuk melakukan hal ini seperti mengumpulkan dan menganalisis informasi, mengevaluasinya, dan memanfaatkannya bersama sarana-sarana lain untuk mengendalikan kegiatan dinamakan sistem pengendalian manajemen.Pengendalian manajemen diarahkan ke segi yang lebih positif. Pengendalian ini bertujuan mendorong, membantu, dan memotivasi manajer dan karyawan untuk melaksanakan strategi organisasi dan untuk mematuhi kebijakan organisasi dalam pelaksanaan tersebut. Pengendalian manajemen, tidak terlalu menekankan pada pencarian dan perbaikan kesalahan dan ketidak-beresan.
Menurut Shillinglaw dan McGahran ( 1993:749 ) ada tiga macam bentuk pengendalian yaitu :
1. Personal controls yaitu pengendalian yang ditekankan pada sikap dan motivasi orang yang terlibat dalam organisasi, misalnya penilaian karyawan dan kultur organisasi. Bentuk pengendalian ini merupakan serangkaian peraturan yang tidak tertulis.
2. Action controls yaitu pengendalian yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan dan tugas yang diberikan kepada karyawan.
3. Result controls, yaitu pengendalian yang ditekankan pada hasil dari pelaksanaan operasi karyawan
Sistem pengendalian manajemen mempunyai beberapa ciri penting, yaitu :
a. Sistem pengendalian manajemen digunakan untuk mengendalikan seluruh organisasi, termasuk pengendalian terhadap seluruh sumber daya (resources) yang digunakan, baik manusia, alat-alat dan teknologi, maupun hasil yang diperoleh organisasi, sehingga proses pencapaian tujuan organisasi dapat berjalan lancar.
b. Pengendalian manajemen bertolak dari strategi dan teknik evaluasi yang berintegrasi dan menyeluruh, serta kurang bersifat perhitungan yang pasti dalam mengevaluasi sesuatu.
c. Pengendalian manajemen lebih berorientasi pada manusia, karena pengendalian manajemen lebih ditujukan untuk membantu manager mencapai strategi organisasi dan bukan untuk memperbaiki detail catatan
Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas, dapat diketahui bahwa tugas terpenting dari manajemen melalui pengendalian manajemen adalah beusaha mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Agar tugas tersebut dapat dijalankan dengan baik, pada tahap pertama manajer harus memutuskan, apa yang akan dicapai oleh organisasi dan cara untuk mencapainya, lewat keputusan ini akan diketahui seperangkat tujuan organisasi dan strategi menjadi sejumlah kebijakan-kebijakan yagn dapat menuntut arah, maupun program-program kegiatan untuk tercapainya tujuan tersebut. Setelah keputusan-keputusan tersebut dibuat, maka pengendalian manajemen mulai bertugas untuk memastikan bahwa kehendak manajemen telah dilaksanakan oleh seluruh organisasi.
Fungsi Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen merupakan usaha yang tersistematis dari perusahaan untuk mencapai tujuannya dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat untuk mengoreksi perbedaan yang penting.
Pengendalian biaya yang efektif akan tergantung pada komunikasi yang baik antara informasi akuntansi dengan manajemen. Dengan membuat laporan prestasi kerja, controller memberikan saran kepada berbagai tingkat manajemen mengenai tindakan perbaikan yang diperlukan dalam suatu kegiatan. Laporan bisa berbentuk pernyataan langsung ataupun tertulis dari kontroller kepada tingkat manajemen perusahaan yang berisikan laporan penyimpangan dari rencana yang telah ditentukan, sesuai dengan prinsip manajemen berdasarkan penyimpangan. Laporan ini selain laporan penyimpangan rencana (jika ada) juga memberikan laporan prestasi kerja yang telah dicapai oleh para pekerja.
Proses Pengendalian
Proses pengendalian manajemen meliputi tiga tahap : tindakan perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi tindakan. Tahap-tahap ini dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah suatu tindakan atau kejadian. Selain itu, ketiga tahap ini terjadi di berbagai tingkat dalam suatu organisasi, dari tingkat manajemen puncak sampai ke unit operasi terkecil.
Struktur organisasi
Pembentukan struktur organisasi suatu perusahaan umummnya berdasarkan kepada kebutuhan atas perencanaan dan pengendalian aktivitas atau operasional perusahaan.struktur organisasi yang memiliki rentang kendali yang maksimal sesuai dengan kebutuhan akan membuat suatu organisasi berjalan secara efisien dan efektif.
Tiga macam proses perencanaan dan pengendalian yang digunakan dalam organisasi: pengendalian strategik, manajemen, dan tugas. Tujuannya adalah menetapkan batas-batas sistem pengendalian manajemen dan membedakan sistem-sistem ini dari proses pengendalian manajemen.
1. Perencanaan dan pengendalian strategik
Merupakan proses memutuskan dan mengevaluasi tujuan organisasi, serta formulasi dan reformulasi strategi-strategi umum yang digunakan dalam mencapai tujuan-tujuan ini. Proses ini menggunakan metode-metode yang berbeda dengan yang digunakan untuk pengendalian manajemen dan pengendalian tugas. Pengendalian manajemen menyangkut implementasi strategi. Pengendalian strategik mengacu pada pemeliharaan kondisi lingkungan dari strategi. Kedua jenis pengendalian ini banyak memanfaatkan informasi umpan balik, tetapi informasi umpan balik pada pengendalian strategik digunakan untuk mengevaluasi latar belakang dari strategi-strategi sedang berjalan serta asumsi-asumsi lingkungan yang menjadi dasar perumusan-ulang strategi. Pengendalian manajemen lebih banyak menekankan pada pengendalian variabel-variabel intern, sedangkan pengendalian strategik seringkali mengurusi perubahan-perubahan pada variabel-variabel ekstern terhadap mana organisasi harus menyesuaikan diri. Sejauh variabel-variabel ektern dapat dikendalikan oleh organisasi, perbedaan antara metode pengendalian strategi dan metode pengendalian manajemen cenderung memudar. Namun, kedua jenis pengendalian ini harus dipandang sebagai dua fungsi yang terpisah agar kemampuan-kemampuan manjerial yang berbeda dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Perbedaan antara pengendalian manajemen dengan perencanaan dan pengendalian strategik. Perencanaan strategik mendahului proses pengendalian manajemen. Proses pengendalian manajemen menganggap bahwa strategi telah ditetapkan (tertentu) dan mengembangkan suatu sitem untuk mengimplementasikannya. Pengendalian strategik biasanya mendahului tetapi mungkin juga mengikuti proses pengendalian manajemen jika tujuan organisasi tidak tercapai, meskipun strategi telah dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Proses perencanan strategik pada dasarnya bersifat tidak reguler, sedangkan pengendalian manjemen merupakan proses yang cukup sistematik dan kontinyu.
Kondisi saat berjalan





Gambar : proses perencanaan strategi dan strategis

Kebanyakan informasi untuk pengendalian manajemen dikembangkan secara internal dalam bentuk tindakan-tindakan ekonomis dan psikologis yang dapat digunakan untuk menyemangati, menuntun, dan mengoreksi tindakan-tindakan para manajer.
Proses pengendalian manajemen dan proses perencanaan strategik cenderung bertumpang-tindih sewaktu-waktu, tetapi macam alat analisis yang digunakan, macam pemikiran yang diperlukan, dan sumber informasi yang digunakan berbeda dan perlu secara jelas dibedakan.
Masa perencanaan
elemen-elemen dasar dari setiap rencana antara lain;
• Adanya pernyataan suatu tujuan
• Adanya identifikasi tindakan yang jelas
• Menetapkan sasaran yang harus dicapai
• Menetapkan waktu yang jelas
2. Pengendalian manajemen
Merupakan proses yang dilakukan pada tingkat manajer ke atas yang berinteraksi dengan para bawahan atau stafnya untuk memastikan bahwa mereka melaksanakan strategi-strateginya. Pengendalian manajemen terutama adalah proses untuk memotivasi dan memberi semangat orang-orang yang melaksanakan kegiatan-kegiatan demi mencapai tujuan organisasi. Ini juga merupakan proses untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan-kesalahan unjuk kerja yang tidak disengaja serta ketidak beresan yang disengaja, seperti pencurian ataupun penyalah-gunaan sumber daya.
Sistem pengendalian manajemen yang berbeda diperlukan untuk situasi yang berbeda, tetapi semuanya mempunyai karakteristik berikut:
a. Sistem pengendalian manajemen difokuskan pada program dan pusat-pusat tanggung jawab. Program adalah kegiatan-kegiatan yang menyangkut produk, lini produk, riset, dan pengembangan, atau kegiatan-kegiatan serupa yang dilakukan organisasi untuk mencapai tujuannya. Pusat pertanggung jawab unit organisasi yang dipimpin seorang manajer yang bertanggung jawab.
b. Informasi yang diproses pada sistem pengendalian manajemen terdiri atas dua macam; (a) data terencana dalam bentuk program, anggaran, dan standar, dan (b) data aktual mengenai apa yang telah atau sedang terjadi, baik di dalam maupun diluar organisasi.
c. Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem organisasi total dalam arti bahwa sistem ini mencakup semua aspek dari operasi organisasi. Fungsinya adalah membantu manajemen menjaga keseimbangan semua bagian operasi dan mengoperasikan organisasi sebagai suatu kesatuan yang terkoordinasi.
d. Sistem pengendalian manajemen biasanya berkaitan erat dengan struktur keuangan, di mana sumber daya dan kegiatan-kegiatan organisasi dinyatakan dalam satuan moneter.
e. Aspek-aspek perencanaan dari sistem pengendalian manajemen cenderung mengikuti pola dan jadwal tertentu.
f. Sistem pengendalian manajemen adalah sistem yang terpadu dan terkoordinasi di mana data yang terkumpul untuk berbagai kegunaan dipadukan untuk saling dibandingkan setiap saat pada setiap unit organisasi.
3. Pengendalian tugas
Merupakan proses untuk memastikan bahwa tugas-tugas tertentu telah dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengendalian tugas diartikan sebagai pengendalian secara rinci prosedur-prosedur pekerjaan individual. Sistem ini terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan.
1. Identifikasi titik-titik kegiatan di bidang-bidang seperti penjadwalan, tingkat sediaan, dan tugas-tugas lain di mana penyimpangan dari rencana mungkin terjadi. Ini akan bergantung pada tingkat risiko penyimpangan dan biaya untuk melaksanakan pengendalian tugas.
2. Pemilihan teknik dan metode pengendalian yang sesuai untuk setiap bidang, titik, atau kegiatan yang teridentifikasi untuk mencegah atau memperbaiki penyimpangan dari rencana. Teknik dari metode yang berbeda digunakan untuk situasi yang berbeda.
3. Peninjuan yang terus menerus untuk memastikan bahwa sistem cukup memdai untuk pengendalian dan bahwa para karyawan tidak mengabaikan sistem pengendalian ini.
Setiap kegiatan dalam proses melaksanakan suatu tugas merupakan titik pengendalian yang mugkin untuk mengevaluasi unjuk kerja pelaksanaan tugas tersebut.
Perbedaan antara pengendalian manajemen dan pengendalian tugas
Pengendalian manajemen dan pengendalian tugas mempunyai beberapa kesamaan. Keduanya membutuhkan lingkungan pengendalian internal yang mendukung kerjasama, efisiensi, kompetensi, kejujuran, dan kepercayaan terhadap organisasi. Kekakuan yang dibutuhkan keduanya bervariasi bergantung pada ketidak-pastian internal dan kemungkinan penyimpangan dari tujuan organisasi. Keduanya membutuhkan penggunaan alat dan teknik pengendalian yang berbeda sesuai dengan lingkungan dan ketidak-pastian yang dihadapi organisasi.
Perbedaan dari keduanya yaitu; pengendalian manajemen digunakan untuk mengendalikan keseluruhan organisasi sedangkan tiap-tiap prosedur pengendalian tugas dirancang khusus untuk kebutuhan suatu unit dalam organisasi. Pengendalian manajemen bertolak dari strategi, sedangkan pengendalian tugas bertolak dari seperangkat prosedur dan aturan.
Teknik-teknik yang digunakan dalam pengendalian manajemen untuk mengevaluasi jarang sekali yang sifatnya presisi, sehingga sukar pula memastikan bahwa kegiatan-kegiatan telah berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Pengendalian manajemen, yang berorientasi kepada manusia, lebih diarahkan untuk membantu para manajer melaksanakan strategi-strategi organisasi daripada untuk mengoreksi unjuk kerja agar sesuai dengan standar unjuk kerja tertentu.
Pengendalian manajemen terutama mengendalikan manusia, pengendalian tugas terutama mengendalikan benda. Dalam pengendalian manajemen, pertimbangan psikologis dominan. Sistem pengendalian manajemen tidak secara langsung atau dengan sendirinya beraksi tanpa intervensi manusia.
Ketiga proses ini tidak dapat dipisahkan secara tegas; yang satu bertumpang tindih dengan yang lain. Strategi merupakan pedoman bagi pengendalian manajemen, dan pengendalian manajemen merupakan pedoman bagi pengendalian tugas.
Lingkungan Pengendalian Manajemen
Lingkungan pengendalian manajemen adalah jaringan kerja organisasi tempat manajemen melaksanakan tugas pengen-dalian..Lingkungan pengendalian menyangkut perilaku individu di dalam berbagai jenis organisasi terutama terkait dengan tanggung jawab keuangannya pada berbagai unit dan sub unitnya. Lingkungan pengendalian meliputi:
Pusat-pusat pertanggungjawaban.
Pengendalian manajemen memfokuskan pada berbagai tipe pusatpertanggungjawaban. Suatu pusat pertanggungjawaban adalah suatu unit organisasi yang dikepalai (dipimpin) oleh seorang manajer yang bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukannya dalam unit yang dikelolanya. Setiap pusat pertanggungjawaban “mengolah” masukan (input) dan menghasilkan keluaran (output). Pusat-pusat pertanggung jawaban tersebut diklasifikasikan berdasarkan tingkat input dan out put yang menjadi tanggung jawab manager pusat pertanggung jawaban dan diukur dalam satuan uang. Contoh-contoh pusat pertanggung-jawaban meliputi :
a. Direktur Utama perusahaan holding atau anak perusahaannya atau Direktur Utama anak perusahaan dari suatu holding
b. Direktur/Kepala Divisi perusahaan holding, atau Kepala Bagian/Kepala distrik pada anak perusahaan
c. Kepala unit-unit di dalam suatu perusahaan
Tujuan penetapan pusat pertanggungjawaban adalah untuk mengukur dan mendorong kinerja unit organisasi dan Manajer unit yang bersangkutan.
Pada sejumlah pusat pertanggungjawaban hubungan input-out bersifat timbal balik, sehingga pengendaliannya difokuskan pada penggunaan input minimum untuk menghasilkan output maksimum. Namun dalam situasi tertentu input tidak mempunyai hubungan dengan output yang dihasilkan, sehingga pengendaliannya adalah ditekankan pada realisasi program yang telah direncanakan. Input yang digunakan kebanyakan dinyatakan dalam ukuran-ukuran fisik, misalnya: jam kerja, kwh listrik, liter BBM, dan sebagainya. Untuk kepentingan SPM maka ukuran fisik diterjemahkan menjadi satuan moneter
Hubungan input dengan output akan menentukan efektif organisasi/unit organisasi.. Efisiensi adalah rasio output terhadap input, atau jumlah output per unit input atau mem-bandingkan biaya aktual dengan biaya standarnya. Efektivitas adalah hubungan input dan output suatu pusat pertanggung-awaban dengan tujuannya. Semakin besar output yang dikonstribusikan semakin efektif..



Sumber daya pusat tanggungjawab barang dan jasa
Gambar: Inti dari mekanisme pusat tanggung jawab

Efisiensi dan efektivitas berkaitan satu sama lain, sehingga setiap pusat pertanggung-jawaban harus efektif dan efisien, dimana organisasi harus mencapai tujuannya dengan cara yang optimal. .Pusat pertanggungjawaban akan efisien jika melakukan sesuatu dengan tepat (do thing right), dan akan efektif jika melakukan hal-hal yang tepat (do right things).
Pusat pertanggungjawaban dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
1. Pusat Pendapatan (Revenue center)
2. Pusat Biaya (Expense center)
3. Pusat Laba (Profit center)
4. Pusat investasi (investment center)
Pusat Pendapatan
Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang bertugas menciptakan pendapatan, diberi wewenang mengatur pendapatan, prestasinya diukur berdasarkan perbandingan antara pendapatan yang dianggarkan dengan realisasinya. Pusat pendapatan biasanya ditemukan pada bagian/departemen pemasaran/penjualan yang memiliki aktivitas, antara lain menyusun anggaran penjualan, merencanakan jumlah/target penjualan yang disiapkan sejak awa, termasuk merupakan bagian dari aktivitas dalam pusat penghasilan secara keseluruhan.
Pusat Pendapatan mempunyai karakteristik:
a. Unit pemasaran/ penjualan yang tidak mempunyai tanggung jawab atas harga pokok penjualan barang-barang yang dipasarkan.
b. .Penjualan atau pesanan aktual diukur dengan anggaran atau kuota.
c. Manajer dianggap bertanggung jawab terhadap biaya langsung di dalam unit organisasinya, tetapi tidak diukur.
Pusat Biaya
Pusat biaya merupakan pusat pertanggung jawaban yang prestasinya diukur atas dasar masukkan atau biayanya. Dalam pusat biaya, masukan (input) diukur dalam satuan moneter (uang), tetapi keluaran (output) tidak selalu dapat diukur dalam satuan uang . Pada pusat biaya, manager pusat pertanggungjawaban terutama bertanggungjawab atas pengendalian biaya
Pusat biaya memiliki ciri (karakteristik):
– Melaksanakan tugas/pekerjaan yang tidak terkait dengan perolehan pendapatan atau laba
– Diberi wewenang untuk mengatur biaya dalam rangka melaksanakan pekerjaan yang menjadi tugasnya
– Prestasinya diukur berdasarkan perbandingan biaya yang dianggarkan dengan realisasinya
Secara garis besar, ada 2 tipe dalam pusat biaya yaitu :
1. Pusat biaya yang ditentukan lebih awal sebagai standar (engineered expences centers), sering diggunakan untuk mengukur kinerja suatu bagian/departemen dengan analisis penyimpangan/varians dan membandingkannya dengan biaya yang benar-benar telah terjadi
2. Pusat biaya yang ditentukan oleh pertimbangan manajemen (discretionary expences centers), merupakan biaya yang terjadi berdasarkan pertimbangan manajemen semata yang lebih bersifat administrative sehingga relative sulit diukur secara kinerja keuangan tiap output-nya. Contoh : gaji akuuntan legal, biaya umum dan administrasi lainnya.
Pusat Laba
Pusat laba biasanya dibentuk dengan pertimbangan pembentukan suatu unit usaha baru yang terpisah atau divisi, dimana kinerja usahanya terukur secara lebih jelas dan lebih bersifat semi otonom. Keuntungan dari pembentukan divisi antara lain :
1. Keputusan operasional yang diambil lebih cepat karena tidak perlu menunggu persetujuan dengan kantor pusat, karena kebijakan-kebijakan strategis telah ditentukan sebelumnya
2. Kualitas keputusan yang diambil akan relative lebih baik karena pada tingkat divisi para manajer akan lebih mengenal kondisi lingkungan usahanya
3. Manajemen kantor pusat akan lebih berkonsentrasi pada keputusan yang lebih strategis
4. Lebih menyadarkan para manajer divisi dalam memperoleh suatu keuntungan karena beban tanggungjawab lebih tinggi sehingga mereka berusaha untuk memperbaiki kinerjanya
5. Ukuran kinerja lebih luas bukan sekedar bagaimana memperoleh penghasilan, tetapi juga bagaimana mengefisiensikan biaya
6. Para manajer divisi akan lebih kreatif dalam mencari solusi usaha yang terbaik

Keuntungan pembentukan divisi;
• Keputusan operasional yang diambil lebih cepat karena tidak perlu menunggupersetujuan dari kantor pusat
• Kualitas keputusan yang diambil akan relatif lebih baik,karena pada tingkat divisi para manajer akan lebih mengenal kondisi lingkungan usahanya
• Manajemen kantor pusat aka lebih berkonsentarsi pada keputusan yang lebih strategis
• Lebih menyadarkan para manajer divisi dalam memperoleh suatu keuntungan karena bebena tanggungjawab lebih tinggi sehingga mereka berusaha untuk memperbaiki kinerjanya
• Ukuran inerja lebih luas,bukan sekedar bagaimana memperoleh penghasilan tetapi juga bagaimana mengefisiensikan biaya
Para manajer divisi akan lebih kreatif dalam mencari solusi usaha yang lebih baik.




Kesulitan dalam membangun divisi, antara lain :
1. Pimpinan puncak mungkin akan kehilangan beberapa pengendalian operasional secara langsung, pimpinan puncak harus mengubah sistem pendekatan pengendalian yang akan diterapkan secara trepadu, top manajemen akan lebih fokus ke sistem laporan dibandingkan dengan mengarahkan langsung para bawahannya
2. Kesulitan dalam memperoleh manajer divisi yang handal dari dalam perusahaan, karena umumnya para manajer terbiasa dengan fungsi manajemen tertentu
3. Akan muncul persaingan dalam unit organisasi yang mungkin akan mempengaruhi kinerja satu dan lainnya
4. Kemungkinan muncul suatu pertentangan dari setiap unit/divisi terutama dalam menentukan alokasi biaya, transfer harga, sistem pembayaran,dan sebagainya.
5. Pembentukan divisi akan menambah biaya karena membutuhkan penambahan jumlah karyawan, sewa kantor, alat kantor dan lainnya.

Pusat Investasi
Pusat investasi merupakan pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai berdasarkan laba yang dihasilkan dikaitkan dengan investasi yang ditanamkan pada pusat pertanggunggjawaban yang dipimpinnya .Pengukuran prestasi Pusat Investasi merupakan perluasan dan pengukuran prestasi Pusat Laba .Prestasi manajer Pusat Investasi dinilai berdasarkan perbandingan antara laba yang dihasilkan dengan investasi yang ditanamkan pada pusat pertanggungjawaban yang menjadi tanggung jawabnya.Rasio antara laba dengan investasi tersebut dapat digunakan untuk membandingkan prestasi dari masing-masing pusat investasi .